Minggu, 09 Februari 2014

Kenapa Harus Tumpah Lagi

Kemaren malam menghadiri pernikahan salah satu mantan CS di kantor ku. Acaranya di asrama haji Batam centre. Bertiga saja dengan Caca dan kakak nya. Sampai di sana parkiran udah padat banget, akhir nya parkir diluar saja.

Cukup ramai yang hadir, antrian untuk salaman kepada pengantin hampir 10 menit, makan  juga antri, sampai caca nyeletuk, antri terus ya bunda, salaman antri, makan antri, aku hanya tersenyum dan mengelus rambut nya, Caca ini lebih tenang, walalupun mungkin udah bosan, tapi tidak rewel.

Setelah salaman dengan pengantin, makan, ngobrol dengan berapa ex team yang juga hadir, kami pulang. Pada saat keluar menuju parkir kami melewati pintu dan sebuah tempat yang membawaku kembali kepada kenangan ketika masih bersamamu. Ya tempat yang sempat membuat haru biru. Pada bulan Oktober 2011 lalu, kita pernah berdiri disana, menghampiri Daffa dan Rasya yang berkunjung di malam itu sehari sebelum kita berangkat ke tanah suci. Rasya yang tidak mengerti bahwa kita akan meninggalkan nya dalam kurun waktu yang cukup lama, malah lebih tertarik untuk membeli balon yang waktu itu banyak di jual disana. Yaa...semua memory itu seakan ter rewind kembali, dan mengapa air mata ini harus tumpah lagi hanya karena melihat tempat itu. Tapi buru-buru kuhapus, karena tidak ingin Rasya dan kakak nya tau kesedihan ku.

Setahun 2 bulan setelah kau meninggalkan rumah, tetapi kenapa semua memory itu masih begitu kuat, semakin aku berusaha melupakan nya semakin kesedihan itu datang melanda.

Ya Allah, kalaulah semua kesedihan ini bisa menghapus dosa-dosaku, aku ikhlas, dan semoga dosa ini semakin terkikis, amin.

berikut nasehat bang tere liye yang mungkin bisa aku lakukan "

*Melupakan

Ketika kita mencoba melupakan kejadian menyakitkan, melupakan orang yg membuat rasa sakit itu, maka sesungguhnya kita sedang berusaha menghindari kenyataan tersebut. Lari. Pun sama, ketika kita ingin melupakan orang yg pernah kita sayangi, hal2 indah yang telah berlalu. Maka, sejatinya kita sedang berusaha lari dari kenangan atau sisa kenyataan tsb.

Kabar buruk buat kita semua, mekanisme menyebalkan justeru terjadi saat kita berusaha lari menghindar, ingatan tersebut malah memerangkap diri sendiri. Diteriaki disuruh pergi, dia justeru mengambang di atas kepala. Dilempar jauh2, dia bagai bumerang kembali menghujam deras. Semakin kuat kita ingin melupakan, malah semakin erat buhul ikatannya.

Bagaimana mengatasinya?

Justeru resep terbaiknya adalah kebalikannya. Logika terbalik. Apa itu? Mulailah dengan perasaan tenteram terhadap diri sendiri. Berdamai. Jangan lari dari kenangan tersebut. Biarkan saja dia hadir, bila perlu peluk erat. Terima dengan senang hati. Bilang ke diri sendiri: "Sy punya masa lalu seperti ini, pernah dekat dengan orang menyakitkan itu, sy terima semua kenyataan tersebut. Akan saya ingat dengan lega, karena sy tahu, besok lusa sy bisa jadi lebih baik--dan semua orang berhak atas kesempatan memperbaiki diri." Letakkan kenangan tsb dalam posisi terbaiknya.

Maka, mekanisme menakjubkan akan terjadi. Perlahan tapi pasti, kita justeru berhasil mengenyahkan ingatan itu. Pelan tapi pasti, kenangan tersebut justeru menjadi tidak penting, biasa-biasa saja. Dan semakin kita terbiasa, levelnya sama dengan seperti kenangan kita pernah beli bakso depan rumah, hanyut dibawa oleh hal2 baru yg lebih seru. Ketahuilah, racun paling mematikan sekalipun, saat dibiasakan, setetes demi setetes dimasukkan dalam tubuh, dengan dosis yang tepat, besok lusa jika kita tdk semaput oleh racun tsb, kita justeru akan jadi kebal. Apalagi kenangan, jelas bisa dibiasakan.

Itulah hakikat dari: jika kalian ingin melupakan sesuatu atau seseorang, maka justeru dengan mengingatnya. Terima seluruh ingatan itu.

Minggu, 26 Januari 2014

KENAPA HARUS SEDIH

Barusan jemput adek dari rumah ayah nya, dengan polos dia bilang, bunda kemaren caca lihat foto u*** di hp ayah. Iya dek? kok adek bisa liat, iya waktu ayah sms an, trus waktu caca liat, ayah pura2 gak sms. Duh, anak ku, harus nya masalah seperti ini bukan menjadi konsentrasi mu nak. Aku jadi miris, ayah nya memang ceroboh, atau memang sudah tidak peduli dengan hati anak2 utk masalah ini. Bukan kah banyak waktu sendiri untuk melakukan hal2 yang demikian, dan kenapa hati ini jadi panas.

Dan alhamdulillah, hanya butuh waktu 10 menit untuk menetralisir hati ini. Buat apa sedih, toh dia bukan siapa2 ku lagi, biarlah dia dengan jalan hidup nya, dan ini jalan hidup ku. Jadi ingat dengan postingan felix siau berikut :

01. seorang lelaki yang bermaksiat sebelum menikah | akan lebih mudah bermaksiat setelah menikah

02. seorang lelaki yang berbohong sebelum menikah | lebih bisa lagi berbohong setelah menikah

03. seorang lelaki yang menyakiti sebelum menikah | lebih tega lagi menyakiti setelah menikah

04. pacaran ibarat rumah kontrak dan menikah itu rumah milik | rumah kontrak bisa ditinggal kapanpun ingin tiada tanggungan

05. tapi pernikahan itu saat wanita menyerahkan segala padanya | sebuah titik yang tak ada lagi jalan kembali baginya

07. pacaran tak pernah jadi ajang perkenalan | yang ada ajang penghancuran masa depan

08. mungkin pacaran mungkin ajang mengenal lelaki | yaitu mengenali lelaki mana yang mau bermaksiat

09. sudah jelas sabda Rasulullah bahwa lelaki-wanita bukan mahram dilarang berkhalwat | bukankah pacaran itu jelas-jelas menantang syariat?

10. sudah jelas bila berdua-duaan lelaki-wanita bukan mahram maka syaitan jadi yang ketiga | pacaran justru mengundangnya?

11. lelaki yang sanggup pacaran itu menganggap maksiat hal biasa | jangan heran kelak menikah juga dia mudah menista

12. hari ini maksiatnya mengenggam tanganmu yang tak halal | esok setelah menikah ia genggam tangan wanita lain dibelakangmu

13. lelaki yang tak takut dengan murka Tuhannya | apalagi dengan murka dan sedih istrinya?

14. belum memilikimu saja sudah banyak tingkah maksiatnya | saat sudah memiliki dia lebih punya alasan untuk menyakitimu

15. suami salih dan taat tak didapat lewat jalan pacaran | karena lelaki salih nan taat takut akan murka Tuhannya

16. gandengan bukan tak mau, pacaran bukan tak laku | maksiat pada Allah dia malu, lalu dia pantaskan diri dulu

17. pada yang masih berpacaran kita ucap selamat | anda sudah dapatkan lelaki yang berani maksiat

18. sedang lelaki salih nan taat dia lalu jauhkan diri dari maksiat | pada Allah dia pilih mendekat agar Allah pilihkan dia yang taat


Ya Allah segera pertemukan aku dengan lelaki sholeh itu agar bisa membimbing ku menuju syurga Mu...amin